Cerpen KIR

TERSENYUMLAH MATAHARIKU

Sang bulan masih saja menawarkan dan membagikan sinarnya kepada semesta alam. Tak ada niatan bagi bulan untuk berpamrih kepada pepohonan, semua insan dan hutan2 yang kelam. Bulan tak pernah menangis dikala lampu2 dijalan raya menyala indah,, namun ia masih saja menampakkan sejuta keindahan dan penerangan.
Aku mendengar seorang gadis mendendangkan lagu yang indah,, walau suaranya tak seindah lagu yang dinyanyikan. Prita dialah nama yang sering dipanggil yeman2nya.
"Ta',, kamu tau gk,, aq tadi liat syaiful lagi berbincang2 ama kakak kelas XII itu lagi,, uuh..sebel dech!" Kataku yang nyeruntus aja dari belakang Prita.
"Maksud kamu kak Sita??" Tanyanya heran.
"Ya,, iyalah, siapa lagi. Ta' sampai kapan sich..aq harus begini terus,, aq suka ama dy dari dulu,, tapi kenapa dy gk pernah peduli dangan sikapku. Kuakui aq memang manja ma dy,, dengan sebab dy itu mau perhatiin aq. Tapi,, apa nyatanya?? Aq dianggap kaya' anak kecil. Namun ta',, walau bagaimanapun,, hatiku takkan pudar untuknya!!!" Kataku panjang lebar.
"Sudahlah,, er,, kamu harus ikhlas. Aq salut ama kamu, walaupun dy tak peduli ama tingkah lakumu. Tapi,, kamu tetep setia,, selalu memikirkan apa yang terbaik untuknya, aq salut. Sudahlah,, yakinkan bahwa suatu saat kamu akan mendapaykan gantinya asal kamu ikhlas menjalaninya" Tutur lembut Prita, menyadarkan emosiku.
"Er,, selagi aq bisa Bantu,, aq akan senantiasa membantumu, meskipun itu menyakitkan hatiku, asalkan aq ikut bahagia….aq ikut senang" tambahnya terlihat bijak.
Ketika bulan tertutup awan dan mentari tersenyum memerah memancarkan sinarnya. Aq terpaku diatas bangku2 yang berjajaran diruang yang penuh dengan orang2 sakit. Sedangkan Prita berada di sekolah dan menemui Syaiful.
"ful,, Erlin sakit!! Kamu gk jenguk dy too??" Tanya Prita.
"Emang dysakit apa?? Teruss,, apa hubungannya ama aq??" Ucap Syaiful seolah2 tak menghiraukannya.
"Masak kamu gk merasa sich…dy itu sakit yea gara2 kamu,, habiis,, kamu sering nyuekin dy,, dy kan pengen banget jadi temen kamu!!" Jelasnya.
"Yaudah,, dech kalau gitu maaf yea…kalau aq sering nyuekin dy. Terus,, salam buat Erlin salamnya cepat sembuh aja. Demi Allah aq gk ngerasa nyuekin dy,, hanya saja aq yang gk suka ama sifatnya yang kaya' anak kecil" Ungkap Syaiful dengan penuh rasa bersalah.
Sebenarnya aq gk masuk sekolah karena waktu itu aq nunggu kakekku yang lagi sakit dirumah sakit. Aq merasakan ada sesuatu yang bergetar dari saku celanaku N kuambil sebuah handphone, ada 3 message lalu kubuka. Message yang pertama dari Refita,
"Hello manja!!! Emang enak di cuekin".
Lalu kubuka sms yang kedua dari Meira.
"Manja,,!! Kasihan dech…gk dapet perhatian!!
Sakit…dech!!"


cepat sembuh. Demi Allah aku gak ngerasa nyuekin dia, hanya saja aku yang gak suka ma sifatnya yang kayak anak kecil. Ungkap Saiful dengan rasa bersalah sebenarnya aku gak masuk sekolah karena waktu itu aku nunggu kakekku yang lagi sakit di rumah sakit. Aku merasakan ada sesuatu yang bergetar dari saku celanaku dan ku ambil sebuah handphone, ku buka ada 3 message. Ku buka message pertama dari refita.
“Hello manja!!! Emang enak dicuekin”
Lalu ku buka sms yang kedua dari Meira,
“Manja!!! Kasihan gak dapat perhatian!!! Sakit deh…."
Aku tutup kembali sms tersebut, tak terasa ku raba kedua pipiku basah oleh tiap butiran lembut yang jatuh membasahi bantal, air mataku semakin deras terurai ku coba menyekanya dan ku buka sms terakhir dari Natasya.
"Nggak baik kalo sakit karna dicuekin orang yang kamu suka cobalah untuk memahami sikapnya dan kamu tak perlu cari perhatian. Er, aku dukung kamu cintamu yang begitu dalam. Kamu pakai cara lain yang lebih dewasa OC!"
Aku lega membaca sms dari Natasya aku menyangka bahwa Prita sangatlah ceroboh. Aku mulai berfikir konyol, apa mungkin Prita ingin menjatuhkan temannya sendiri. Aku benar-benar benci dengan dia, aku sekarang beranggapan bahwa persahabatan kami telah hancur.
Keesokan harinya ketika matahari baru saja muncul dan embun menetes di dedaunan, aku mengetahui pada diri Syaiful, dia selalu memperhatikanku sedangkan semua teman-temanku tak henti-hentinya mengejekku namun Syaiful tak pernah berhenti menghibur hingga teman-temanku iri melihat canda tawa kami. Dalam hatiku berkata, “Mengapa selalu ada alasan untuk tetap menyayanginya, padahal kau sudah ingin melupakandan mematikan perasaan ini kepadanya, karna kau rasa itu adalah yang terbaik”. Aku buang jauh-jauh pemikiran itu aku ingin menikmati suasana seperti ini.
Aku melihat sudut ruangan kelas, Prita sedang menyendiri aku merasakan keganjalan disana kemudian aku mendekatinya. “Ta, kamu kenapa sih dari tadi diem aja ada masalah ya…ayo cerita donk! Tanyaku sok perhatian, Prita hanya menggelengkan kepalanya. Hatiku masih perih terkena mulutnya yang pedas hingga makhluk tak tahu pun ikut campur dalam problemaku. Andaikan dunia bisa tertawa aku akan berkata padanya bahwa Prita adalah musuh dalam selimutku.
Semakin hari aku semakin tak mempedulikan Prita, menjauhinya disaat dia masih membutuhkan teman. Jauh hari aku selalu menghabiskan waktu bersama Syaiful tapi terkadang aura dan sorot matanya menunjukkan cintanya pada kak Sifa, maka timbullah dalam benakku kecurigaan. Sepulang sekolah suasana menjadi hening hanya diriku yang ada di dalam kelas, lalu aku mendengar keributan yang ada di luar ruang kelas, aku mendekati dimana letak keributan itu. Kulihat 3 orang berdiri dan bersuara. Ku berjalan lebih dekat lagi, ternyata mereka bertiga adalah Syaiful, kak Sifa dan Prita. “Kalok kamu saying ama aku maka lupakan aku dan belajarlah untuk menyayangi Erlin” tutur harap Kak Sifa pada Syaiful.
“Aku gak tahu harus berpihak pada siapa, Erlin marah sama aku, aku bingung. Padahal aku ingin membantunya. Aku ingin dia bahagia dengan kamu tapi aku takut dia akan menyesal jika dia tahu cinta kamu adalah cinta palsu dan aku tak tega melihat pengorbanan cinta kalian”. Kata Prita meneteskan titik-titik embun di atas pipinya. Jiwaku rapuh hatiku pilu menyaksikan suasana seperti itu. Ingin rasanya aku berteriak hingga semua manusia tahu bahwa aku sangat tersiksa. Aku berlari melewati jalan-jalan sawahan hijau dan meninggalkan tetes demi tetes air dari mataku yang berlinangan. Kuberjalan tak peduli semua orang berkata apa, biar mereka menganggap aku gila. Aku hampir tiba di depan gerbang pintu rumahku yang dikerumuni banyak orang bagai semut berkumpul, mereka tak pedulikan aku kemudian aku masuk ke rumah dengan suasana hancur. Setiap orang menangis dan ibu memelukku erat. “Oh…Ibu, ada apakah ini??” ibu yang selalu tegar dan yang selalu menasehatiku sekarang lemah dan tak berdaya oleh tangisannya. Ibu tak dapat berkata apa-apa, ia hanya menunjuk satu arah. Aku mendekat dan kakek….beliau tersenyum dan berkata “Er, betapa manisnya sebuah pertemuan, betapa indahnya ketika mulut dapat berkata, ikhlas, betapa kita syukuri nikmat Allah yang menciptakan setiap insan untuk saling menyayangi namun betapa hancurnya ketika rasa sayang itu hanya sepihak, akan tetapi persahabatan akan selalu terjaga jika kita saling memahami dan mengerti. Erlin cucuku, berdoalah dan berusahalah dalam menghadapi sesuatu……subhanallah……”. Semuanya berhenti sejenak dalam suasana yang hening dan terpecah oleh jerit tangis. “innalillahi wa inna ilaihi roji’un….”.
Ragaku serasa melayang, tiba-tiba Prita dan ibuku berada disampingku dan mengusap air mataku. Ibu kembali tegar menghadapi musibah ini. Betapa bodohnya aku yang menyia-nyiakan sahabat yang peduli dengan perasaanku. Aku sadar bahwa aku salah. Ternyata Prita selalu ada disaat aku butuh dan menghadapi masalah. “Ta, maafin aku telah berprasangka buruk ama kamu, menjauhi kamu padahal kamulah teman yang aku butuhkan kamu mendengarkan curhatku dan memahami perasaanku. Ta, kamu gak perlu lagi membantuku dengan Syaiful, aku akan mencoba melupakannya, aku akan merasa senang jika ia senang dan dia telah menemukan cinta sejatinya dengan Kak Sifa, mereka sangat cocok ya?”.
Prita terkejut dengan ucapanku, “Er, kamu kok tau……”. Ia menggelengkan kepala dan tak percaya.
“Ta, aku dah tahu semuanya” ucapku jelas.
“Er aku minta maaf telah menyembunyikan tentang hubungan mereka, kamu gak sakit hati kan?”
“Ta, mulai sekarang aku enyahkan perasaanku padanya, karma sekarang aku baru sadar betapa pentingnya arti persahabatan dan biarkan cinta ini tumbuh di hati dan takkan pernah ternodai”.
Kami berdua tersenyum dengan perasaan sedih, bahagia tercampur dalam suasana mendung ini.

0 Comments:

Post a Comment